Postingan

kedip kecil kemuning

Gambar
cerpen hamdan Setiap kali cakrawala malam datang ketika gemintang sedang memainkan tarian kedipnya, aku seperti terjebak dalam penjara malam. Jerujinya terbuat dari senyawa baja kemuliaan dan cinta, sangat kokoh dan rapat menutupi lubang yang memungkinkan jiwaku dapat keluar. Selalu saja aku mendatangimu yang mewujud di keramaian cakrawala malam itu. Mencarimu di antara reramai kedip gemintang. Selalu saja aku yang sembunyi di balik pandang mata, kembali menatapmu bintang kecil kemuningku. Selalu saja aku harus memberi pandang lebih awal padamu. Lalu mungkin beberapa kesempatan kepada gemintang lainnya. Kedip mungilmu, cahaya senyummu, membuatku tak kuasa untuk sekejap saja berpaling memandang yang lain, apalagi mengeluarkanmu sedetik dari ingatan nuraniku. Ya, jerujinya sangat kokoh. Kini, senyawa itu tidak lagi menjadi jeruji, tetapi menjadi jajaran bidara yang teduh di dalam firdaus dan buahnya memandarkan kedipan cahaya hati. Ruang jeruji itu telah menjadi ruang surg...

waktu meneror

Cerpenku “Beritahulah aku tentang waktu!” “Waktu? Waktu hanyalah siang, lalu malam, dan pergantiannya. Di antara itu ada subuh dan pagi, ada sore dan petang. Begitu seterusnya; sehari, seminggu, sebulan, setahun, seabad, sezaman, dan sejarah”. Mendapat jawaban, dengan wajah tanpa reaksi, penanya segera saja berterima kasih dan pergi berlalu. Menghilang dalam kesibukan pagi kota. Hilang seperti tanpa waktu. Sementara orang yang ia tanya tinggal melongok dengan mulut ternganga diganjal rasa aneh. Aneh! Tapi kemudian ia belok juga ke kantornya. Ia seorang karyawan, orang kantoran, budak atau mungkin juga majikan sang waktu. Peduli amat. Mungkin yang bertanya tadi seorang supervisior publik di kantor ini, pikirnya. Mungkin dengan cara begitu; menyindir tentang waktu, ia bermaksud menegur atau membina karyawan yang kurang disiplin. Ah, jika benar, itu hanya sebatas cara dan strategi yang sedikit halus, yang berarti juga muslihat. Benar! Muslihat! Manajemen kan juga muslihat. Siapa yang bisa...

kampung dalam shalatku

Gambar
Cerpenku “Allahu akbar Allahu akbar! …” Lafaz-lafaz iqamat dari sebuah mushallah kecil rumah sakit itu mengawali shalat jama’ah Maghrib. Aku dan dua teman terperangah dengan waktu yang terasa semakin cepat melalui menara mungil sebuah mushallah. Lafaz dari speaker menara betul-betul telah mendapatkan otoritasnya. Seperti di tempat lain, dari menara-menara masjid yang berlimpah, speaker masjid juga telah mendapatkan otoritas yang luar biasa, dari dan untuk sebagian ummat Islam. Tapi sebenarnya kini, apalagi di kota-kota terbilang maju, lafaz-lafaz dari speaker masjid lebih berfungsi sebagai klakson yang sengaja dibunyikan untuk meminta sedikit peluang lewat. Ya, semacam interupsi jalanan. “Ash-shalatu jaami’ah rahimakumullah! Luruskan shaf dan rapatkan!” Diskusi kami dibuatnya terputus, diskusi yang kami sendiri sudah lupa awal dari mana dan untuk apa, diskusi tentang birokrasi dinegeri ini. Birokrasi kacau, untuk tidak menyebut hancur. Hampir setengah jam ngobrol kami be...

BINTANG KECIL; SEPI

hamdan tuhan yang menyiapkan bijian mentari bulan dan bintang untuk memberi cahaya jika engkau izinkan sempatkan aku mengembarai sepi di belantara yang gila ini cukuplah aku sebiji bintang kecil yang mengedipkan sunyi pada gulitanya malam hadirnya tidak mengusik mentari bulan gemintang lainnya tapi secukup membantu benderangnya malam kata bintang kecil; “tidak semua kita harus menjadi mentari atau bulan” bintang kecil tak pernah menanggal lepas kedip kemuning dan senyum mungil sepinya atau menenteng bonceng pergi untuk sekedar mencicipi rasa cakrawala cahaya bintang kecil sepi tasyakur dan ikhlas dengan keadaannya; diselimut gelap dicibir kabut diejek mendung disambar petir dipadam siang dirayu bulan ia tetap bintang kecil kedip kemuning senyum mungil sepinya tak perlu risau ia akan selalu trima dan beri senyum dalam zikir kerlip bintang kecil sepi; hanya yang mendekatnya yang dapat melihatnya besar :seperti juga tuhan cahaya kemuliaan; tak terbatas ruang waktu yang berubah tak ada leb...

KASIHAN JUGA AKU

hamdan kasihan juga aku kepada senyum dimana ia menjadi ladang untuk menanam benih bahagia mengapa harus bebani senyum sepenuhnya dengan bahagia sedang ia juga dapat rekah di padang luka? kasihan juga aku kepada bahagia dimana ia menjadi ladang untuk menanam benih senyum mengapa harus bebani bahagia sepenuhnya dengan senyum sedang ia juga dapat rekah di padang duka? Makassar, 07 maret 2008

DONGI-DONGI MERPATI

Puisi Rismayani Kelas VII3 MTsN Mangempang Kab. Barru ditulis dalam bahasa bugis di Barru, Rabu 20 Februari 2008 engka dongi-dongi leppei pole saranna engka ana’-ana’ natikkengngi dongi-dongie naolliwi sibawanna nalao peddiriwi dongi-dongie nappa naleppessengi ri lalengnge dongi-dongi merpati maddarai ajena engka ana’-ana’ makessingnge natikkengngi natiwi lao bolana nappa naburai ajena pajani ajena nappa naleppesengi dongi-dongi merpati luttui mabela laoni siba punnana terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh hamdan, di Makassar, Minggu 24 Februari 2008 BURUNG MERPATI seekor merpati lepas dari sarang seorang anak menangkapnya pergi dengan mengajak teman, menyakiti sang merpati dilepas ia di jalan sang merpati kaki berdarah seorang anak berhati mulia menangkapnya ajak ke rumah mengobat luka kaki sembuh lalu dilepas sang merpati kini terbang jauh pergi bersama belai kasih alamnya

SENJA YANG LEWAT

Gambar
puisi hamdan mendung yang menutup senja slalu saja mengirim dingin lewat sepoian anginnya kau tau Alisa? aku benci suasana itu mendung yang menutup senja slalu saja mendesak malam ketika siang masih enggan berakhir kau tau Alisa? aku pernah tertipu olehnya mendung yang menutup senja slalu saja memaksa para unggas hentikan nyanyi merdunya padahal saat itu Alisa aku sedang menyiapkan musik iringan untuk mereka mendung yang menutup senja kali ini datang lagi di depanku menggelapkan lalu mengipas dedaun yang mestinya masih terlihat hijau dan jendela tertutup lebih awal kau tau Alisa? aku benci suasana itu karena gelisahku selalu muncul olehnya; "mendung yang menutup senja" makassar, 26 november 2007