Manipulasi Moral dalam Beragama

Oleh Hamdan eSA (Dosen Ilmu Komunikasi Unasman) Di sebuah desa kecil, hidup seorang lelaki bernama Pak Hisam. Ia dikenal sebagai sosok yang paling rajin beribadah. Azan belum berkumandang, ia sudah di masjid. Ia selalu berada di barisan depan saat shalat berjamaah, rajin bersedekah, dan sering memberikan ceramah agama di masjid. Ia pun sering menasihati orang-orang di kampungnya, terutama para anak muda yang ia anggap mulai "longgar" dalam beragama. Suatu hari, Amir datang dengan wajah ragu-ragu. "Pak, saya ingin bertanya. Apakah berdosa jika saya tidak bisa puasa penuh karena sakit"? Pak Hisam menatapnya sejenak, lalu menghela napas. Dengan suara berat, ia berkata, "Nak, bukankah kita diajarkan untuk menahan diri? Orang yang beriman pasti bisa melawan godaan lapar dan haus, kecuali kalau sakitnya benar-benar parah. Tapi kalau hanya lemas sedikit, ya, harus tetap berusaha. Kamu mau jadi Muslim yang kuat atau lemah?" Amir terdiam. Ia tahu bahwa...